Minggu, 19 Mei 2013

Tes Prenatal Trimester Ketiga



Perasaan cemas dan khawatir seringkali dialami ibu hamil saat ingin mengetahui kondisi janin dalam perutnya. Namun supaya tidak cemas ada serangkain tes prenatal untuk memastikan janin dalam kondisi baik. Yuk kenali apa saja tes prenatal trimester ketiga.

a) Non Stress Test (NST)

Tes ini dilakukan untuk menilai apakah bayi merespon stimulus secara normal dan menerima cukup oksigen. Biasanya tes ini dilakukan pada usia kandungan minimal 26- 28 minggu, atau kapanpun sesui kondisi janin. Dalam pemeriksaan ini yang dinilai adalah gambaran denyut jantung janin (djj) dalam kaitan gerakan atau aktivitas janin, jika janin sehat maka terjadi peningkatan frekunesi denyut jantung janin, begitu pula pada janin yang kurang baik pergerakan bayi tidak diikuti oleh peningkatan frekuensi denyut jantung janin. Apabila dalam pemeriksaan menunjukan hasil yang meragukan, hendaknya diulangi dalam jangka waktu 24 jam, atau dilanjutkan dengan pemeriksaan CST (Contraction Stress Test). Walaupun bayi tidak bereaksi belum tentu dalam bahaya, namun pengujian lebih lanjut mungkin diperlukan.

b) Biophysic Profile ( BPP)

Penilaian profil biofisik pada janin merupakan salah satu cara yang efektif untuk mendeteksi adanya asfiksia (gangguan pada pertukaran udara pernafasan) janin lebih dini, sebelum menimbulkan kematian atau kerusakan permanen pada janin. Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan bantuan peralatan elektronik seperti ultrasonografi (USG) dan kardiotokografi (KTG).
Pemeriksaan itu meliputi pernafasan janin, gerakan janin, tonus otot, detak jantung, dan jumlah cairan ketuban. Hasil akhir dari penilaian tersebut akan menghasilkan keputusan untuk melahirkan janin tersebut secepat mungkin atau terencana, dan pemeriksaan tersebut umumnya dilakukan di usia kehamilan minimal 32 minggu.

c) Cotraction Sress Test (CST)

Tes stimulus yang dilakukan pada rahim untuk menilai efek kontraksi pada detak jantung janin. Biasanya dokter akan memberikan injeksi yang berisi pitosin, untuk merangsang kontraksi. Sehingga nantinya akan timbul kontraksi lembut pada rahim ibu dan terdapat gambaran pada detak jantung janin. Pemeriksaan tersebut diperlukan jika hasil dari NST atau BPP menunjukkan ada masalah.

d) Oxytocin Challenge Test ( OCT)

Pemeriksaan ini hampir mirip dengan CST, yaitu pemberian oksitosin intravena secara hati-hati pada kehamilan yang diperkirakan janin akan meninggal di dalam uterus. Uji oksitosin ini dilakukan terutama pada kehamilan risiko tinggi, misalnya kehamilan lewat wakti, diabetes melitus, pre eklamsia, pertumbuhan janin intrauterin  yang lambat, anemia, penyakit ginjal menahun, dan adanya riwayat lahir mati, maupun yang lainnya. Biasanya tes ini dilakukan pada minggu terakhir sebelum persalinan.

e) Grup B Streptococcal Disease (GBS)

GBS ini sendiri merupakan bakteri normal yang ada pada saluran pencernaan, tapi pada terkadang pada kehamilan, bakteri ini berkembang biak pada area rectum dan vagina. Sehingga bisa menyebabkan penularan pada bayi dan bisa menyebabkan infeksi yang serius. Pemeriksaan ini dilakukan pada usia kehamilan 35-37 minggu.

f) Fetal Movement Count

Pada pemeriksaan ini bisa dilakukan oleh ibu hamil sendiri dengan menghitung gerakan janin. Gerak bayi yang cukup mengindikasikan bayi yang sehat, sebaliknya gerak bayi yang berkurang merupakan pertanda akan adanya gangguan kesejahteraan janin (fetal well-being). Normalnya terdapat 3 gerakan janin dalam 1 jam, masing-masing pada pagi, siang, sore dan malam hari. Sehingga terdapat perhitungan gerakan janin selama 12 jam, apabila terdapat penurunan gerakan kurang dari 10 gerakan dalam 12 jam, ini menandakan adanya penurunan fungsi plasenta. Menghitung geraka janin pada usia kandungan 28 minggu hingga saatnya melahirkan, sedangkan untuk kehamilan yang berisiko tinggi bisa dimulai dari umur kandungan 24 minggu.


Sumber : Tabloid Mom &Kiddi  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar